Edukasi

Pacaran Anak Remaja, Apa Penyebabnya?

Pacaran anak remaja dipengaruhi oleh matangnya fungsi-fungsi seksual secara biologis. Beberapa faktor yang dapat mendorong timbulnya minat pacaran pada remaja adalah perkembangan dalam diri remaja. Perkembangan pada masa remaja yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis, serta kematangan hormon-hormon yang memberi dukungan ketertarikan pada lawan jenis.

Tingkat pacaran anak remaja memang cukup tinggi. Hal ini terjadi secara biologis, dan perubahan tersebut adalah kebutuhan sosial manusia sebagai makhluk sosial.

Berdasarkan kodratnya, remaja berusaha mencari teman yang dapat membantu dalam penyaluran perasaan. Selain itu, remaja juga ingin dapat mengungkapkan keberadaan dirinya, dengan mencari teman yang cocok.

Munculnya minat pacaran

Minat pacaran anak remaja juga menjadi sangat penting, supaya mereka bertumbuh menjadi dewasa secara normal. Kematangan fungsi-fungsi biologis membuat mereka memiliki ketertarikan kepada lawan jenis.

Artinya dalam tahap ini mereka harus bertumbuh menjadi dewasa dengan fungsi seksual yang normal. Banyak kasus terjadi, penyimpangan seksual seperti Gay, lesbian, Biseksual ataupun Transgender adalah kesalahan dalam pertumbuhan seksual di usia remaja.

Pacaran pada anak remaja harusnya dalam bimbingan orang tua, jangan melakukan larangan ataupun kekerasan pada mereka. Berikan nasehat dan bimbingan supaya anak-anak dapat bertanggung jawab dalam bersikap dan bertindak.

Anak remaja akan mengalami ketertarikan karena persamaan dan kecocokan dalam berkomunikasi. Perasaan dan fisik dapat menimbulkan keinginan untuk mendekati dan mengungkapkan perasaan diri supaya diterima sebagai teman istimewa.

Persamaan hobi, persamaan perasaan senang dapat mendorong timbulnya ketertarikan. Pengaruh lingkungan pergaulan/teman sebaya sangat besar pengaruhnya terhadap munculnya minat berpacaran.

Anak remaja biasanya tidak mau dikatakan kurang gaul. Mereka menutupi kekurangannya dengan mengikuti trend supaya dapat diterima dalam kelompoknya.

Pacaran adalah objek persahabatan

Pacaran anak remaja adalah objek persahabatan. Artinya, rasa ketertarikan dengan lawan jenis hingga pada tahap pacaran sebenarnya menjadi sebuah objek persahabatan.

Mereka akan belajar dan saling mengenal, saling meperhatikan, saling peduli dan saling mendukung. Pada tahap ini anak remaja akan bertumbuh dan berkembang sebagai makhluk sosial.

Anak remaja yang tidak mengalami perkembangan sosial yang baik, maka mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Biasanya mereka kurang komunikatif, sulit bergaul dan tidak memiliki banyak teman.

Orang tua harus selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anaknya, karena usia remaja juga sangat rentan dengan pergaulan bebas. Hal ini disebabkan oleh kematangan fungsi seksualnya.

Pengaruh kemajuan teknologi yang makin cepat, sealur dengan perkembangan remaja yang sedang mencari identitas dan model untuk menunjukkan keberadaan diri.

Bagi para remaja kemajuan teknologi digunakan untuk menemukan cara agar memperoleh teman akrab atau model-model pergaulan yang di gemari. Terbukanya era informasi internet mempengaruhi cara berpikir para remaja zaman sekarang.

Selain faktor di atas, ada sejumlah faktor lain yang mendorong timbulnya minat remaja untuk berpacaran. Antara lain adalah Ingin tahu lebih banyak mengenai diri orang lain.

Remaja juga Ingin belajar bermasyarakat dengan berteman dengan lawan jenis. Anak remaja juga Ingin bersenang-senang, menikmati suasana berkencan.

Remaja juga Ingin memilih calon pasangan secara serius, mereka Ingin mengikuti apa yang terjadi pada masyarakat. Biasanya remaja menunjukkan bahwa dirinya sudah pacaran.

Masa Pacaran Dini (Early Dating)

Masa pacaran dini atau Early Dating adalah “masa pacaran dini yang dilakukan remaja berusia kurang dari 14 tahun” (Set, 2009:23). Remaja yang melakukan pacaran dini biasanya adalah remaja putri yang mempunyai tingkat kematangan fisik lebih cepat dibandingkan teman sebayanya.

Remaja putri tersebut akan mencari laki-laki yang lebih dewasa dan mencoba mengeksplorasi perasaan cintanya yang tumbuh terlalu dini.

Masa pacaran dini pada akhirnya menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari. Orang tua mungkin sering stres karena cara berpikir anak-anak yang tiba-tiba fokus pada hubungan cinta.

Masa pacaran dini atau early dating mempunyai risiko yang sangat besar. Para remaja yang melakukannya belum stabil dan belum cukup dewasa dalam mengambil keputusan.

Tidak selamanya early dating membahayakan anak remaja. Ada cara pandang yang berbeda di antara para remaja yang melakukannya. Mereka menggunakan pendekatan “pertemanan yang akrab untuk menggambarkan hubungannya” (Set, 2009:24).

Ada yang hanya menganggap dating sebagai proses bermain dan beraktivitas bersama sama antara laki-laki dan perempuan. Ada juga yang mengatakan sebagai proses mencari teman yang cocok dan sesuai dengan karakter dirinya.

Biasanya anak remaja suka mengerjakan tugas sekolah secara bersama, dan memberikan perhatian terhadap lawan jenisnya dalam hobi dan aktivitas bersama.

Dalam kondisi seperti ini, early dating seharusnya menjadi awal bagi remaja untuk belajar bekerja sama. Mereka juga belajar untuk saling menghormati hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.

Mereka secara otomatis,menemukan cara berelasi dengan melibatkan perasaan, namun masih dibatasi dengan gaya kekanak-kanakan yang mengedepankan unsur kepolosan dan kejujuran.

Apakah erly dating berbahaya?

Masalah mulai timbul ketika salah satu pihak mencoba memanfaatkan situasi early dating untuk mengenal perilaku seksual secara lebih jauh. Pada masa puber, remaja kerap kehilangan kendali atas tubuhnya dan nekat melakukan sesuatu di luar batas imajinasi orang tua.

Pertanyaan yang muncul dan berkenaan dengan early dating sebagai berikut, apakah para remaja yang melakukan early dating mengerti segala bentuk tanggung jawab dan menghormati hak dan kewajiban pasangannya?

Apakah aman bagi remaja untuk melakukan kencan bersama orang yang sebaya atau orang yang lebih dewasa. Apakah pacaran dini akan membuat remaja bereksperimen pada wilayah seksual sebelum waktunya?

Dalam sebuah penelitian, ditemukan fakta bahwa para pelaku early dating mudah bosan terhadap pasangannya masing-masing karena mereka belum benar-benar mengerti tujuan dating (Elkin, 2003:26).

Ada juga pelaku dating yang justru melakukan dating yang dipenuhi rasa artifisial atau berpura-pura untuk menjadi yang terbaik di depan pasangannya. Hal ini sebenarnya merupakan suatu tindakan “memalsukan” kepribadian sesungguhnya.

Seorang anak laki-laki akan berusaha bertindak gagah berani, begitu juga dengan anak perempuan yang selalu bergaya dan berdandan demi menarik perhatian lawan jenisnya (Set, 2009:26). Situasi tersebut, akan menyulitkan setiap remaja yang melakukan early dating.

Bahaya pacaran dini

Pelakunya akan kesulitan menampilkan identitas personal atau kepribadian dasar. Mereka biasa menampilkan watak aslinya bila berada dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama atau dengan teman-teman sepermainannya.

Bagi para remaja yang bersama dengan pasangan dating-nya, mereka akan berusaha sekuat tenaga menjadi “orang lain” yang seolah-olah siap menjadi pasangan kekasih yang serasi.

Hal ini menjadi “bom” waktu yang setiap saat akan meledak ketika terjadi suatu dalam hubungan cintanya yang menyinggung atau melukai perasaannya. Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan sebuah lagu berjudul Status Palsu yang dipopulerkan oleh Vidi Aldiano tahun 2009.

Sumber Artikel:
Fransisca Mudjijati et al., “Masa Pacaran Dini (” (n.d.): 1–21.

Spread the love

Iman K

Teacher yang menyukai banyak tantangan (Anak kesayangan Tuhan). "Jangan pernah menyerah, karena perjalanan hidup masih panjang".

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *