Essai dan Opini

Pendidikan budi pekerti: pendidikan yang terlupakan

anastasismedia.com – Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan yang mengajarkan anak-anak untuk memiliki sikap dan ahklak yang mulia, seperti ajaran agama. Apabila mundur kebelakang antara tahun 2000-2006, mata pelajaran budi pekerti masih diajarkan pada sekolah mengah pertama (SMP).

Pada waktu itu, Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Mata pelajaran Budi Pekerti menjadi pelajaran unggulan yang terimplementasi secara nyata dalam kegiatan pembelajaran.

Para siswa harus memiliki etika, sopan-santun, hormat kepada guru, berani mengakui kesalahan serta berani bertanggung jawab. Dalam aktivitas sehari-hari, sikap budi pekerti tersebut harus terimplementasi secara nyata.

Hal ini tercermin ketika para siswa melakukan kesalahan, mereka berani bertanggung jawab, tidak melawan, bahkan ketika dipukul oleh guru mereka masih memiliki sikap santun dan rasa hormat kepada guru.

Ini adalah model pendidikan 20 tahun yang lalu, yang pastinya berbeda generasi dan juga kebudayaan yang sudah berubah. Kemajuan teknologi juga memberikan dampak terhadap kebiasaan dan cara hidup manusia, sehingga pendidikan pekerti tidak lagi menjadi prioritas utama.

Pendidikan budi pekerti

Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan yang sangat penting untuk membentuk kebiasaan, menanamkan serta melatih anak-anak untuk memiliki akhlak yang mulia.

Mengapa demikian? Sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas, maka pendidikan sangat penting untuk mengajarkan norma-norma dan pekerti yang baik kepada anak.

Mereka harus terbiasa untuk bersikap sopan dan santun kepada orang lain, terutama kepada bapak/ibu guru. Hal ini penting sekali, karena siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa transisi dan pencarian jati diri.

Mereka mudah terpengaruh dan mudah terprovokasi, sehingga pendidikan pekerti sangat tepat untuk membentuk mereka. Bagaimana dengan pendidikan sekarang ini? Apakah pendidikan akhlak menjadi prioritas utama?

Ini menjadi pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang pasti. Bagaimaa kuliatis pendidikan sekarang ini? jauh lebih baik atau jauh lebih buruk?

Pada prinsipnya, pendidikan selalu berubah menuju kearah yang lebh baik, baik secara kualitas maupun secara kwantitas. Namun banyak persoalan mendasar yang perlu untuk diperbaiki dalam dunia pendidikan sekarang ini.

Meningkatnya kenakalan anak-anak remaja yang masih di bawah umur menimbulkan banyak pertanyaan, bagaimana kualitas dari pendidikan kita sekarang ini?

Kasus pemerkosaan oleh anak yang berumur belasan tahun menggambarkan bahwa mereka tidak memiliki budi pekerti dan akhlak sama sekali. Siapa orang tua mereka? Siapa yang mendidik mereka? Ini menjadi suatu permasalahan yang sangat-sangat serius.

Kenakalan anak-anak umur belasan tahun menjadi tanggung jawab utama orang tua dan juga para guru yang menjadi pelaksana pendidikan di sekolah.

Pendidikan akhlak yang terlupakan

Pendidikan akhlak dan budi pekerti sudah terlupakan oleh kemajuan zaman, perubahan kebudayaan dan kemajuan teknologi. Banyak orang tua yang kurang peka dan peduli terhadap karakter anak-anak mereka.

Jika anak mereka melakukan kesalahan dan mendapatkan hukuman, maka orang tua akan protes dan marah kepada guru. Hal ini membuat mental anak-anak menjadi lemah, tidak bertanggung jawab dan tidak menghormati guru.

Padahal, orang tua dan sekolah harus bekerjasama dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak, supaya tujuan pendidikan tersebut dapat berhasil.

Kemajuan teknologi terkadang membuat pendidikan pekerti dan akhlak terlupakan, sepertinya gaya hidup dari dampak perkembangan teknologi juga mengubah pola pikir masyarakat.

Selain itu, masalah ekonomi dan pengangguran juga memberikan dampak kepada keluarga-keluarga sederhana yang sibuk bekerja dan lupa kepada pendidikan anak.

Oleh sebab itu, pendidikan pekerti dan akhlak harus dihidupkan kembali, semua pihak harus menjadari bahwa pendidikan sejak dini sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai pekerti.

Teori Tabula Rasa (John Locke, 1690) menggambarkan bahwa anak yang lahir seperti kertas kosong dan tidak membawa apa-apa. John Locke yang menyatakan bahwa anak-anak belajar dari apa yang mereka amati, mereka lihat dan mereka dengar melalui panca indera adalah hal yang benar.

Karakter dan perilaku anak tersebut tergantung kepada apa yang diajarkan oleh orang tua dan lingkungan pada umumnya. Sehaingga pendidikan dan lingkungan keluarga sangat bertanggung jawab terhadap sikap dan perilaku anak-anak tersebut.

Peran sekolah

Peran sekolah sangat penting dalam membentuk sikap dan karakter anak-anak. Sekoalah merupakan tempat kedua bagi anak-anak belajar mengenai hal-hal yang baru.

Mereka belajar bekerjasama, mereka belajar saling menghargai, mereka belajar tentang perbedaan dan mereka juga belajar untuk memahami orang lain. Sekolah harus memberikan suasana yang nayaman, aman dan pastinya menarik bagi anak-anak.

Penguatan tentang pendidikan karakter harus menjadi penekanan utama dalam kegiatan sekolah, supaya setiap peserta didik dapat tumbuh dan memiliki akhlak yang baik.

Kedisiplinan dan ketertiban juga harus berjalan dengan baik, supaya anak-anak memiliki rasa hormat dan taat terhadap aturan dan kedisiplinan dari sekolah.

Jangan membiasakan anak-anak melanggar kedisiplinan, supaya mereka tahu bahwa melanggar aturan akan mendapatkan sebuah konsekuensi. Selain itu, guru juga harus menjadi teladan dan contoh yang baik bagi anak-anak.

Peran keluarga

Selain sekolah, keluarga merupakan tempat pertama dan utama sebagai tempat pendidikan bagi anak. Sesuai dengan teori Tabula Rasa John Locke, maka orang tua harus memberikan lingkugan belajar yang aman, menarik dan menyenangkan.

Hal ini sangat penting karena lingkungan pertama yang diamati oleh anak-anak adalah lingkungan keluarga. Anak-anak akan belajar berbicara, berkata-kata dan peduli terhadap orang lain karena belajar dan mendengar dari lingkungan keluarga.

Jadi, apabila lingkungan keluarga itu memiliki akhlak yang baik, maka kemungkinan besar anak-anak juga akan bertumbuh dengan akhlak yang mulia. Jika lingkungan keluarga tersebut tidak baik, maka anak-anak uga akan terbiasa dengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

Secara umum, pendidikan dan lingkungan keluarga akan membentuk kepribadian dan karakter anak-anak. lalu bagaimana cara mendidik anak-anak yang baik? Bagaimana menerapkan pendidikan karakter di dalam rumah?

Banyak sekali model dan metode dalam mendidik anak, orang tua hanya perlu menyesuaikan dengan perkembangan psikis dan umur dari anak-anak. Didiklah anak-anak sejak dini serta biasakan mereka untuk disiplin, bertanggung jawab, bersikap santun kepada orang lain dan hormat kepada orang yang lebih tua.

Ajarkan hal-hal kecil supaya mereka peduli dan mau menolong orang lain, luangkan waktu untuk mendengar dan bercakap-cakap dengan mereka. Hal ini penting untuk membangun interaksi dan bentuk kepedulian orang tua kepada anak, sehingga anak merasakan perhatian dari orang tua.

Orang tua juga harus sepakat dan sepaham dalam memberikan pendidikan pekerti kepada anak, supaya anak tidak mencari perlindungan ketika melakukan kesalahan.

Jika ayah sedang memberikan disiplin kepada anak, maka bunda jangan membel anak, hal ini bisa menyebabkan dualisme dalam pendidikan. Dampaknya adalah anak tidak akan takut jika ayah memberi disiplin ketika mereka melakukan kesalahan, karena bunda akan selalu membela.

Jadi ini adalah hal yang sangat penting, jika terjadi dualisme dalam mendidik anak, maka pendidikan anak tidak akan berhasil. Memang mendidik anak membutuhkan komitmen dan kesabaran, sehingga orang tua harus benar-benar bisa bekerjasama dan saling mendukung.

Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak tentu memberikan dampak yang sangat besar terhadap generasi penerus bangsa. Sehingga harkat dan martabat sebagai negara yang bergagama dan memiliki norma-norma yang luhur terus terjaga dan terpelihara dengan baik.

Kesimpulan

Pendidikan budi pekerti menjadi persoalan bersama dan membutuhkan langkah-langkah konkret dalam menyelesaikan. Orang tua sebagai bagian dari masyarakat memiliki tanggung jawab besar dalam hal ini.

Pemerintah juga harus menyediakan pendidikan yang berkualitas yang baik dan ramah bagi anak-anak, supaya tidak terjadi kekerasan dan pelecehan seksual di sekolah.

Semua masyarakat juga memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengontrol dan mengawasi jalannya pendidikan yang berlangsung. Harapannya adalah anak-anak memperoleh pendidikan budi pekerti yang baik sehingga lulus dengan memiliki karakter yang baik pula.

Semoga pendidikan di Indonesia semakin baik, maju dan mampu mencetak generasi penerus bangsa yang hebat dan memiliki akhlak yang mulia. Salam pendidikan, salam nusantara.

Spread the love

Iman K

Teacher yang menyukai banyak tantangan (Anak kesayangan Tuhan). "Jangan pernah menyerah, karena perjalanan hidup masih panjang".

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *