Essai dan Opini

Politik dalam gereja: Pro dan Kontra!!

anastasismedia.com – Politik dalam Gereja sering menimbulkan perdebatan dikalangan kekeristenan sendiri, karena ada yang pro dan kontra ketika gereja berpolitik. Pada hakekatnya, gereja harus menjadi tempat beribadah dan menyembah Allah supaya iman jemaat semakin bertumbuh.

Apabila terlibat dalam politik, maka perbedaan pandangan anatara jemaat dapat menghancurkan hubungan antara anggota. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah pemimpin atau pendeta boleh berpolitik, untuk penjelasan lebih lanjut di sini.

Oleh sebab itu, para pemimpin gereja harus mendidik umat dengan mengajarkan ayat-ayat Firman (Alkitab) supaya dapat berpartisipasi dalam politik dengan benar.

Politik dalam Gereja

Politik dalam Gereja dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya perselisihan tentang pandangan politik atau dukungan untuk partai -partai politik tertentu. Ini dapat mengarah pada perbedaan antara jemaat dan bahkan komunitas masyarakat.

Namun, ada juga satu argumen bahwa politik harus diintegrasikan ke dalam kehidupan bergereja, karena agama dan politik saling terkait.

Gereja harus menjadi tempat pendidikan dan panduan moral tentang bagaimana membuat keputusan yang benar berdasarkan prinsip-prinsip iman kristen.

Para pemimpin atau pendeta harus berkontribusi dan memastikan bahwa diskusi tentang politik dilakukan dengan cara yang baik dan tidak menimbulkan perselisihan di antara jemaat.

Jemaat harus memandang politik sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mewujudkan keadilan dan kemammuran bagi seluruh lapisan masyarakat.

Bahaya politik dalam gereja

Bahaya politik dalam gereja bisa saja terjadi karena perbedaan-perbedaan pandangan dalam berpolitik. Ini terjadi ketika ada beberapa kepentingan yang yang tidak sependapat, sehingga dua kepentingan tersebut bisa menghancurkan konsentrasi dan tujuan utama dari gereja itu sendiri.

Perbedaan pandangan politik antara individu akan membahayakan harmoni antara umat kristiani dengan kelompok-kelompok agama, karena perbedaan pandangan politik.

Selain itu, kepentingan pribadi juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan di gereja, sehingga menghilangkan nilai -nilai spiritual dan moral.

Oleh sebab itu, para pemimpin gereja harus memastikan bahwa umat memiliki pandangan yang dewasa dan berlandasarkan ajaran agama ketika berpolitik.

Mereka harus mempertahankan prinsip-prinsip spiritual dan moral sesuai dengan ajaran agama untuk mempertahankan kesucian dan integritas Gereja.

Gereja seharunya tidak berpolitik, tetapi jemaat atau umatnya boleh untuk berpolitik, supaya tidak menyebabkan perselisihan dan perbedaan pendapat di internal.

Gereja juga harus menjaga kesucian dan integritas dari institusi gereja itu sendiri. Para pemimpin gereja harus bertanggung jawab dan memastikan bahwa nilai-nilai agama tetap dijaga dengan baik tanpa adanya campur tangan politik atau kepentingan pribadi.

Dampak politik bagi gereja

Pengaruh politik sering terjadi di berbagai negara dan memberikan dampak yang signifikan. Ini terjadi ketika kepentingan politik dan agama saling mempengaruhi. Dalam beberapa kasus, gereja bisa menjadi menjadi alat politik untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengaruh politik bisa memiliki dampak yang positif maupun negatif. Secara positif Gereja dapat menjadi suara bagi orang-orang yang tidak memiliki kekuatan untuk menyampaikan aspirasinya.

Gereja juga bisa mewakili suara rakyat yang tidak didengar oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Gereja juga dapat berjuang untuk hak -hak sosial dan kemanusiaan yang sering tidak tersentuh oleh pemerintah.

Namun, di sisi lain, Gereja dapat menjadi sarana propaganda atau ideologi yang menghilang dari nilai-nilai agama. Selain itu, pengaruh politik dapat membuat gereja tidak memperhatikan tugas-tugas utamanya, yaitu sebagai tempat pengajaran dan beribadah bagi umat.

Jadi, penting sekali bagi institusi keagamaan kristen untuk tetap menjaga diri supaya tidak terpengaruh oleh politik, sehingga bisa menjalankan tugasnya dalam pengajaran bagi umat Kristiani.

Kesimpulan

Sikap orang percaya dalam menghadapi politik memang menjadi menjadi pilihan yang sulit. Dalam sejarah, orang-orang percaya selalu memainkan peran penting dalam masyarakat, sikapnya terhadap politik telah menjadi aspek penting dari pengaruhnya.

Dari berpartisipasi aktif hingga metode yang lebih pasif, posisi gereja dalam berpolitik telah berkembang dari waktu ke waktu.

Keterlibatan gerea dalam politik dapat ditelusuri kembali pada abad pertengahan, ketika dianggap sebagai institusi atau lembaga keagamaan yang paling kuat di Eropa.

Selama periode ini, lembaga keagamaan gereja memainkan peran positif dalam urusan negara dan para pemimpinnya sering memegang kekuasaan dalam pemerintahan.

Namun, seiring waktu, gereja mulai mengadopsi metode yang lebih pasif. Saat ini, sikap gereja adalah sikap yang netral. Ini tidak mendukung partai atau kandidat politik tertentu, tetapi berfokus pada mempromosikan keadilan sosial dan hak asasi manusia.

Untuk menjaga dan memastikan gereja sebagai institusi yang independen, maka gereja memandang perlu untuk memisahkan diri dari negara.

Meskipun Gereja menjadi lebih aktif dalam pemerintahan, tujuan utamanya adalah mengadvokasi keadilan sosial dan hak asasi manusia. Itu tetap tidak memihak terhadap partai politik dan kandidat calon pemimpin.

Peran Gereja dalam politik telah menjadi topik yang selalu hangat. Fokus utamanya teletak pada keadilan sosial dan hak asasi manusia sebagai bentuk keterlibatan politiknya. Gereja tetap harus netral dalam hal partai-politik.

Pengetahuan dan sikap terhadap dukungan kandidat dari partai telah berkembang dari waktu ke waktu. Akan tetapi,fokus gereja adalah tetap mempromosikan keadilan sosial dan hak asasi manusia sambil menjaga netralitas terhadap partai-politik.

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *