Umur berapa anak boleh pacaran: Yuk simak!
anastasismedia.com – Umur berapa anak boleh pacaran? Orang tua kadang menjadi resah dan takut karena melihat anak-anak remaja umur belasan tahun sudah berpacaran. Bahkan para remaja tidak malu untuk bermesraan ditempat-tempat umum.
Hal ini memang cukup mengkhawatirkan, karena attitude, etika dan asas kepantasan dalam norma-norma yang menjadi identitas masyarakat mulai terkikis.
Dalam dunia pendidikan, tidak ada teori yang memberi penjelasan mengenai umur berapa anak boleh pacaran, karena ini berhubungan langsung dengan culture dan kebiasaan masyarakat.
Oleh sebab itu, umur berapa anak boleh pacaran tergantung dari keluarga dan faktor lingkungan. Lingkungan sekitar memang sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergaulan dan kebiasaan anak-anak remaja.
Selain itu, perkembangan budaya dan perubahan sosial juga menyebabkan perubahan struktur perilaku masyarakat, terutama perubahan perilaku remaja.
Anak mulai pacaran: bagaimana sikap orang tua?
Usia remaja menurut Suhartin terbagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal pada usia 12-14 tahun dan remaja menengah pada 14-17 tahun (Suhartin, 2012). Pada tahap ini, remaja sudah mengalami perubahan sikap, perilaku dan juga cara berpikir, mereka sudah mengalami pertumbuhan baik secara fisiologis dan psikologis.
Selain itu, karena perkembangan dan fungsi-fungsi seksualnya mengalami kematangan, mereka mulai tertarik dan memperhatikan lawan jenisnya. Dalam tahap ini, remaja bisanya sudah mulai jatuh cinta dan berpacaran atau pada zaman dulu sering dikenal dengan cinta monyet.
Hal ini memang menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua, terutama bagi yang memiliki anak perempuan. Bahkan ada orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan tegas dan keras, misalnya membatasi waktu bermain atau belajar kelompok bersama teman-temannya.
Selain itu, ada juga orang tua melarang dan memberikan aturan yang ketat kepada anak-anaknya serta melarang mereka berpacaran. Tujuannya adalah bagus, yaitu supaya anak remaja tidak salah bergaul.
Akan tetapi, sikap orang tua yang terlalu keras dan mengekang anak akan menimbulkan pemberontakan dan juga masalah psikologis. Pada fase-fase inilah biasanya jati diri remaja terbentuk. Lalu bagaimana sikap orang tua? Apa yang harus dilakukan?
Pertama, orang tua harus mendidik dan membimbing remaja supaya tumbuh sebagaimana mestinya. Artinya, pacaran merupakan keadaan alamiah yang memang akan terjadi kepada semua anak.
Orang tua tidak bisa melarang, melainkan harus memberikan pendidikan dan bimbingan mengenai cara berpacaran yang benar, mengapa harus berpacaran atau mengenai arti dan tujuan dari pacaran.
Kedua, orang tua harus menjadi sahabat dan teladan bagi anak-anaknya. Orang tua harus bisa memahami keadaan dan dunia anak remaja, karena dunia remaja berbeda dengan dunia orang tua.
Keteladanan orang tua juga sangat penting, supaya anak dapat menghormati dan menerima nasehat-nasehat dari orang tua. Orang tua yang tidak menjadi teladan, maka akan menimbulkan persoalan bagi perkembangan dan sikap anak-anaknya.
1. Umur berapa remaja boleh berpacaran?
Mungkin ada orang tua yang bertanya-tanya, idealnya umur berapa anak-anak boleh berpacaran? Hal ini kembali kepada masig-masing orang tua, permasalahannya bukan umur berapanya, melainkan mengenai attitude dan pendidikan budi pekertinya.
Attitude dan budi pekerti sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak-anak remaja. Orang tua harus memerikan pendidikan dan menanamkan sikap ini sejak dini. Selain itu, pendidikan agama juga sangat penting dalam membentuk spritual anak.
Tujuannya adalah supaya anak remaja tumbuh dewasa dengan memiliki spritual dan budi pekerti yang baik. Dengan demikian, mereka dapat bersikap dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai spiritualitas dan juga bertanggung jawab.
Agama memberikan dampak yang sangat besar terhadap cara berperilaku dan bertindak. Dengan memiliki spiritualitas yang baik, maka remaja memiliki ketaatan dan kepatuhan terhadap agamanya.
Hal ini akan memberikan rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan tindakan yang tercela. Jadi, pendidikan agama sangat memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan sikap dan perilaku seorang anak.
Ayah dan Bunda jangan lupa untuk selalu memberikan pendidikan agama dan attitude yang baik kepada remaja, supaya mereka bisa berpacaran dengan bertanggung jawab. Meskipun banyak orang tua yang kurang memperhatikan anak-anaknya, terutama dalam hal pendidikan atititude dan agama.
2. Anak remaja pacaran: bagaimana sikap orang tua?
Umur berapa anak boleh pacaran? Bagaimana sikap orang tua terhadap anak remajanya yang berpacaran? Dua pertanyaan ini seringkali menimbulkan perdebatan, karena masing-masing memiliki argumen yang berbeda.
Ada orang tua yang menentukan umur berapa anaknya boleh berpacaran, ada yang memberi kebebasan, tetapi ada juga yang orang tua yang melarang anaknya untuk tidak berpacaran dahulu sebelum mereka bekerja. Tidak ada yang salah dalam hal ini.
Artikel ini hanya menekankan betapa pentingnya pendidikan attitude dan agama yang akan membentuk kepribadian remaja menjadi baik, meskipun hal ini bukan satu-satunya. Tanpa pendidikan budi pekerti yang baik, remaja akan tumbuh dengan tidak memiliki dasar dan pondasi yang baik, terutama masalah attitude dan agama.
Hal ini sangat penting dan harus menjadi perhatian utama orang tua. Karena pendidikan yang pertama dan utama dalah keluarga dan bukan pendidikan di sekolah. Kenakalan dan pergaulan bebas remaja sangat ditentukan olh faktor keluarga.
Oleh sebab itu, keluarga (orang tua) sangat bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya, terutama dalam hal attitude dan agama.
Persoalan kenakalan remaja adalah tanggung jawab utama orang tua. Jadi, mulai sekarang Ayah dan Bunda harus mulai memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya.
Kesimpulan
Pacaran anak remaja memang disebabkan oleh banyak faktor. Namun penyebab utamanya adalah kematangan fungsi-fungsi seksulitas yang secara biologis memang terjadi secara alamiah.
Oleh sebab itu, pacaran anak remaja tidak bisa serta-merta dilarang, karena bisa berdampak terhadap perkembangannya sebagai makhluk biologis yang bisa jatuh cinta dan tertarik terhadap lawan jenis.
Larangan keras terhadap remaja yang berpacaran juga bisa berdampak terhadap perkembangan aspek biologisnya. Hal ini bisa menimbulkan masalah gangguan seksual, misalnya laki-laki tidak tertarik dengan perempuan, atau perempuan tidak tertarik dengan laki-laki.
Hal ini bisa menimbulkan penyimpangan seksual, misalnya hanya tetarik dengan sesama jenis. Oleh sebab itu, orang tua hars benar-benar hati-hati dalam mendidik, memberi nasehat maupun dalam menegur anak-anak mereka.
Orang tua juga harus mau belajar, terutama dalam memahami perkembangan dan perubahan yang terjadi pada anak-anak remaja. Memiliki kecakapan dan pengetahuan tentu akan jauh lebih baik dalam memberikan pendidikan kepada anak.
Mendidik anak memang bukanlah hal yang mudah, karena membutuhkan seni, pengetahuan, pengalaman dan juga kecakapan. Keberhasilan mendidik anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Lalu bagaimana dengan orang tua yang tidak memiliki pengetahuan dan kecakapan? Semua orang tua pasti memiliki kecakapan dan pengetahuan, meskipun tingakatannya berbeda-beda. O
rang tua juga diberikan anugerah dan kemampuan oleh Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Jadi, semua orang memiliki kemampuan dalam mendidik anak.
Jadi jangan takut, Tuhan sudah menitipkan anak kepada orang tua, sudah sepatutnya orang tua mendidik dengan bertanggung jawab. Semonga artikel ini bermanfaat.
Reference:
- Suhartin, Mengatasi Kesulitan-Kesulitan Dalam Pendidikan Anak (Jakarta: BPK Gung Mulia, 2012). 6.